Senin, 06 Agustus 2012

SEJARAH BERDIRINYA PSHT

PSHT merupakan organisasi / perguruan pencaksilat yang berdiri di Madiun, tepatnya di desa Pilangbango Kota Madiun pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, murid dari Ki Ngabei Soerodiwirjo. 

  Ki Ngabei Soerodiwirdjo

pada awalnya, PSHT memiliki nama Setia Hati Pencak Sport Club, yang pada saat itu sempat dibekukan kegiatan perguruan oleh belanda karena mengandung kata "pencak", dan Ki Ngabei Soerodiwirjo ditahan oleh belanda di penjara Madiun,Cipinang, sampai ke Penjara Padang Sumatera. guna menghidupkan kegiatan perguruan dan menghindari sergapan belanda, maka kata "Pencak" dihilangkan dan diganti dengan kata "Pemuda" sehingga berubah menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club. tepat setelah RI diduduki oleh Jepang, nama SH PSC dirubah menjadi SH Terate oleh Ki Hadjar berdasarkan hasil pandangan beliau beseta murid-muridnya dan bertahan sampai dengan saat ini.
pada masa awal, PSHT merupakan perguruan pencak silat tanpa berbentuk organisasi, tapi pada sekitar tahun 1948-an, berdasarkan rapat para petinggi dan sesepuh,telah diputuskan berubah bentuk menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate yang memiliki AD/ART dalam menjalankan roda organisasi.

pada perkembangannya, setelah Ki Hadjar wafat, PSHT dibesarkan dengan sangat baik oleh Alm. RM. Imam Koesoepangat,dan sampai akhirnya PSHT dapat berkembang pesat sampai dengan hari ini dengan memiliki kompleks padepokan pusat yang berlokasi di wilayah Nambangan Kidul Madiun dengan Mas Tarmadji B. Harsono selaku Ketua Umum Pusat PSHT sekarang. seiring dengan berjalannya waktu, PSHT tidak hanya berkutat pada bidang pencaksilat saja, tapi juga melebarkan sayap di bidang-bidang lain yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat luas, a.l : pendidikan (dengan mendirikan SMP & SMIP Kussuma Terate), ekonomi (Koperasi Terate Manunggal) dan dalam tempo yang akan datang segera dibangun sarana kesehatan untuk masyarakat umum di wilayah padepokan PSHT pusat. selain itu, dalam bidang prestasi, 
PSHT tidak pernah absen dalam menghasilkan atlit2 guna mendulang medali, baik dalam tingkat nasional/internasional.

TENTANG PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

Gerak Langkah Pendekar Pilangbangau - Sebuah catatan Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate
Ki Hadjar Hardjo Oetomo

Manusia dapat dihancurkan
Manusia dapat dimatikan
akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan
selama manusia itu setia pada hatinya
atau ber-SH pada dirinya sendiri

Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate itu ternyata sampai sekarang tetap bergaung dan berhasil melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada "persaudaraan" yang kekal dan abadi.

Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.

Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini - red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.
Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda - karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda -, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.

Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.

Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan "Harta Jaya" semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.

Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.

Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama "Djojo Gendilo Cipto Mulyo".

MASUK SARIKAT ISLAM

Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau - Kodya Madiun Jawa Timur, kendati tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.

Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata "Pencak" hingga tinggal "SH Sport Club". Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar. Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini, Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.

DI TANGKAP BELANDA

Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.

Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak. Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.

Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi "SH Terate". Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.

Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus "Perguruan Pencak Silat" dirubah menjadi organisasi "Persaudaraan Setia Hati Terate". Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.

Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai "Pahlawan Perintis Kemerdekaan" atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.

Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan teman-temannya dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta api yang lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan militer. Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi berulang-ulang sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan di penjara Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.

Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh RM Imam Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo.

Sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo Oetomo magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi guru, bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan dan Tapen. Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun di Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun). Pada tahun 1916 bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917 masuk menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini bekerja di stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Tahun 1922 bergabung dengan Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club di Desa Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.

Tahun 1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara di Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15 tahun. SH PSC dibubarkan Belanda karena terdapat nama "pencak". Setelah pulang dari masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk menyesuaikan keadaan, kata "pencak" pada SH PSC menjadi "pemuda". Kata "pemuda" semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak dibubarkan. Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia.

Tahun 1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati tokoh pergerakan Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi Setia Hati Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa organisasi.
RM. Soetomo Mangkoedjojo 






Tahun 1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, 
Darsono,dan lain-lain mengadakan konferensi
di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbango,
Madiun. Hasil konferensi menetapkan 
Setia Hati Terate yang dulunya bersifat 
perguruan diubah menjadi organisasi 
Persaudaraan Setia Hati Terate 
dengan diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo
dengan wakilnya Darsono. 






Kemudian secara berturut-turut:

· Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.
· Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
· Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
· Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh 
  Tarmadji Boedi Harsono.
· Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua
  Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
RM. Imam Koesoepangat
H. Tarmadji Boedi Harsono, SE

Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati "Terate" ini, sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon saudara.

Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga (saudara SH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada para siswa.

Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk saudara SH yang "terbaik dari yang terbaik" yang dipilih melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung pada bulan Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam pengeceran antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah ditentukan.

Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah, petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I (erste trap). Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).

Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat, Betawi (Jakarta), dan Minangkabau.

Khadang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam. Secara administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986. Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 - 1999 sebanyak 108.267








Minggu, 05 Agustus 2012

arti bet psht

ARTI BET PSHT


~Dasar hitam:
Melambangkan keabadian,kesabaran & kekekalan

~Dasar waru putih bertepi merah:
daun waru melambangkan cinta kasih
sedangkan waru putih bertepi merah melambangkan cinta kasih ada batasnya

~bunga teratai
melambangkan seorang sh yg simpatik & berwibawa,sedangkan bunga teratai
itu hidup dimana-mana berarti orang sh harus bisa menempatkan diri.

~Tiga tangkai bunga teratai:
Kuncup,setengah mekar dan mekar melambangkan bahwa orang sh terdiri dari bermacam-
macamkehidupan dalam masyarakat,adanya kaya dan miskin,adanya pangkat dan derajat
dan lain sebagainya.dalam artian orang sh tidak boleh membeda-bedakan satu sama
lainnya kesemuanya atas dasar sama derajat.

~Senjata pencak silat
senjata adalah suatu alat untuk mempertahankan diri.jadi,melambangkan bahwa orang
sh harus mempunyai piadel(keberanian) untuk mempertahankan diri berupa pencak silat.

~Garis tegak lurus merah putih
melambangkan bahwa orang sh harus berdiri tegak diatas kebenaran,
"Berani karena benar & Takut karena salah..
sekian dulu..

sejarah berdirinya pencak silat

Sejarah Terbentuknya 10 Perguruan Besar

Pada tahun 1950 Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta. Perpindahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, kantor-kantor pemerintah dan pegawai-pegawainya.
Demikan pula Pengurus Besar IPSI secara de facto berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, namun tidak semua anggota pengurus-pengurus Besar Ikata Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta.
Manajemen dan Operasional PB IPSI pun melambat sedang sistem kendali terhadap Pencak Silat semakin menyusut.
Pada tahun 1950 tersebut Negara Republik Indonesia juga sedang dirongrong oleh gerakan separatis Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) yang bermasud mendirikan Negara Islam Indonesia.
Untuk melawan DI/TII tersebut Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) yang dimaksudkan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.
Sesuai dengan wilayah pembinaannya, maka aliran Pencak Silat yamg termasuk PPSI ialah Perguruan Pencak Silat aliran Pasundan.
Sehingga timbulah dualisme dalam pembinaan, pengendalian Pencak Silat di Indonesia. Kebetulan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) lebih banyak melaksanakan pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII.
Persatuan dan kesatuan jajaran Pencak Silat di Indonesia menjadi lebih terancam lagi dengan adanya Perguruan Pencak Silat yang mengembangkan Pencak Silat tersendiri di luar IPSI dan PPSI, misalnya Bapensi, Perpi, Silat Betawi, dll.
Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar Pencak Silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Sedangkan PPSI pun setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan Pencak Silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 ikut mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI Induk Organisasi Olah Raga pada tahun 1950 masih KOI dan PORI, tahun 1960-an menjadi KOGOR, menjelang Asian Games ke-IV/ 1962 di Jakarta KOGOR dibubarkan dibentuk DORI. KOGOR (Komando Gerakan Olah Raga), DORI (Dewan Olah Raga Indonesia).
DORI dipimpin secara ex officio oleh Presiden Soekarno dan Menteri Olah Raga Maladi. Bp. Maladi mantan Ketua Persatuan Sepak Bola Solo (PERSIS) mengetahui benar pembentukan IPSI pada tahun 1948, sehingga beliau juga menganggap IPSI sebagai satu-satunya induk Organisasi Cabang Olah Raga Pencak Silat.
Apalagi pada tahun 1969 tanggal 31 Desember IPSI ikut mendirikan Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) maka status keanggotaan IPSI di KONI adalah sebagai Pendiri menjadi lebih kokoh lagi.
Pada Era tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan agar dapat disusunnya suatu peraturan pertandingan Pencak Silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga, yang dapat dipertandingkan ditingkat Nasional.
Para Laborat, terdiri dari : Bp.Arwono Adji HK dari Perisai Diri, Bp. Januarno dan Bp. Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Bp. Moch Hadimulyo dibantu Dr. Rachmadi dan Dr. Djoko Waspodo dari KPS Nusantara. Sebagai informasi sebelumnya, sejak PON ke IV di Bandung, Pencak Silat hanya dipertandingkan dalam bentuk demonstrasi (eksebisi), dalam bentuk permainan tunggal (solospel) dan permainan ganda dan ini berlangsung sampai PON ke VII di Surabaya.
Menjelang Kongres IPSI ( Munas ) IPSI ke IV tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena Bp. Mr. Wongsonegoro pada saat itu sudah tua sekali.
Bp. Brigjen Tjokropranolo ( terakhir Letjen TNI ) yang pada saat itu menjabat selaku Gubernur DKI Jakarta, bersedia menjadi calon Ketua Umum PB IPSI.
Kemudian Bp. Tjokropranolo dibantu oleh Perguruan Pencak Silat antara lain : Dari Tapak Suci Bp. Tanamas, Bp. Haryadi Mawardi; Dari KPS Nusantara Bp. Moch Hadimulyo dibantu Bp. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo; Dari Kelatnas Perisai Diri Bp. Arnowo Adji HK; Dari Phasadja Mataram Bp. KRT Sutardjonegoro; Dari Perpi Harimurti Bp. Sukowinadi; Dari Perisai Putih Bp.Maramis, Bp. Runtu, Bp. Sutedjo dan Bp. Himantoro; Dari Putera Betawi Bp.H. Saali; Dari Persaudaraan Setia Hati Bp. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bp. Mashadi, Bp. Harsoyo dan Bp.H.M. Zain; Dari Persaudaraan Setia Hati Terate Bp. Januarno, Bp. Imam Suyitno dan Bp. Laksma Pamudji.
Atas jasa Bp. Tjokropranolo, kemudian berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer, maka IPSI setuju berintegrasi pada IPSI, dan Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI.
PAda Kongres IPSI ke IV, Bp.H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI. Kedudukan beliau sebagai Ketua Bidang Seni kenudian digantikan oleh Bp. HMSTA Johny.
Pada waktu Bp. Tjokropranolo menyusun kepengurusan PB IPSI, banyak diantara tokoh-tokoh tersebut diatas bergabung menjadi anggota PB IPSI untuk bersama-sama meningkatkan kewibawaan, kemantapan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah.
Bapak Tjokropranolo juga merintis berdirinya Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa disingkat PERSILAT yang kemudian diperkuat oleh Bp.H. Eddie M.Nalapraya.
Perguruan Pencak Silat yang ikut memperjuangkan utuhnya IPSI tersebut pada Kongres IPSI ke IV/1973 ditetapkan sebagai 10 (sepuluh) Perguruan Pencak Silat yang dianggap memenuhi syarat sebagai Anggota IPSI Pusat. Jasa pemersatu IPSI sebagai ganti persyaratan anggota IPSI Pusat.
Dalam kurun waktu kepengurusan Bp.Tjokropranolo salah satu anggota IPSI Pusat mohon kepada Ketua Umum PB IPSI agar perguruannya dikeluarkan dari keanggotaannya di IPSI Pusat, karena merasa bahwa perguruannya tidak memenuhi persyaratan sebagai anggota IPSI Pusat, namun Bp. Tjokropranolo menjawab bahwa keanggitaan 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebut di IPSI Pusat tidak tergantung memenuhi syarat atau tidak ketentuan keanggotaan IPSI Pusat, melainkan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.
Pada tahun 1974 bulan November oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diselenggarakan Seminar Olah Raga Asli di Tugu, Cipanas sebagai langkah awal untuk memasukkan Pencak Silat disekolah, Penciptaan Senam Pagi seri A,B,C,D yang mengambil unsure gerakan Pencak Silat. Pencak Silat juga asudah berhasil masuk sebagai kurikulum disekolah. Akan tetapi ternyata IPSI dan anggotanya tidak mampu mensilabus dan kurikulum disekolah yang bersangkutan.
Pada waktu kepemimpinan Bp. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi “10 (sepuluh) Perguruan Historis“, setelah sebelumnya disebut sebagai “Top Organisasi“ juga “Perguruan Induk“ dan kemudian “Perguruan Anggota Khusus”, dimana keanggotaannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara didalam Munas.
Mengikuti pola keanggotaan tersebut, maka pada saat pendirian PERSILAT, diadakan pula sebutan “Negara Pendiri“ yang merupakan Negara-Negara yang pertama kali mendirikan PERSILAT, dan memiliki hak khusus, yakni memiliki hak untuk menempatkan personilnya sebagai President of PERSILAT (Ketua Umum PERSILAT) secara bergiliran diantara para Negara Pendiri tersebut.